Filosofi namaku


































my name is yudelnilastia ^__^













































                                                      



FILOSOFI NAMAKU

Awalnya tidak sempat terpikir olehku apa arti namaku. Kalau tidak salah rasa ingin tahuku muncul ketika waktu aku kelas 1 SMP. Pada saat guruku ambil absen pertama kali. "Yudelnilastia!", "ya, hadir Bu", jawabku. Lalu sang Ibu ngelihat aku dengan seksama. "Kamu, Yudelnilastia?", tanya Ibu guruku. Aku mengangguk. "Hm... Ibu fikir laki-laki pemilik nama ini. Hm yudel..lucu juga", sambil tersenyum. Entah tersenyum cause like with my name, atau  meledek. I don't know. yang jelas waktu itu aku agak kesal.

Dalam hati aku berteriak "se-geulis pisan ini nama ku, dibilang nama laki-laki. Oh no, i don't believe what say her". Bahasa Inggris pas-pas an ku menjerit di bathin. Jam pelajaran Ibu itu aku jalani berpoleskan KTM alias Kesal Tak Menentu.Hufth. Namun akhirnya aku bisa menghibur diri dengan berkata pada diri sendiri " Yudelnilastia,hm... kan kerren tuch, Pasti Ibu tadi terperanjat aja mendengar namaku. Secara kan namaku langka.Coba aja dicari, sampai jungkir balikpun hanya aku sendiri yang punya nama ini, he jadi bangga. Berhasil menghibur diri, akhirnya bibirku pun mulai mengambang 2 cm ke kanan dan 2 cm ke kiri.

Jam pelajaran keduaku pun dimulai. Guru yang kedua adalah seorang Bapak yang penuh wibawa. Ambil absen pun dimulai. A, B, C,... pun berlalu. Tiba digilirannku. "Yu,,yu,,dek..yudelll..uni las ,,setia...!". Gemuruh tawapun berdatangan bertubi-tubi. Aku pikir itu gak lucu. Tapi kok teman-teman pada ketewa. uh, sebeeel. "Yudelnilastia, Pak", ku coba membenarkan. Tapi apa coba kata Bapak itu?, hm,, maaf nak. Tapi kamu pasti orangnya setia ya, setiap tikungan ada. Bukan Pak Selingkuh Tiap Hari Pak ! sela temanku yang lain. Aku juga tidak tahu persis siapa yang menambahkan kejengkelanku itu. Detik itupun juga pengen aku berlari pulang untuk menanyakan apa arti namaku sama ayah dan ibu.

***
Akhirnya waktu yang kunanti-nanti datang juga. Bel pulang pun berbunyi. Yes.. dengan jurus  seribu langkah ala Wiro sableng,  akupun berlari dan langsung naik angdes tujuan Padang Sago. Perjalananku terasa sangat jauh, perasaan tidak sabar selalu menyelinap di dadaku. Sesekali aku selalu menggerakkan jari-jariku di kaca angkot. Menggambarkan perasaan tak sabaranku. satu menit terasa satu jam. Ditambah lagi seringnya penumpang turun  sebelum aku sampai di tujuanku. Sesekali aku mengoceh di hati. "Lama banget sich, ini mobil udah tua kali ya. Berjalan aja seperti kura-kura", gerutu hati kecilku yang malang karena terpaksa menggerutu oleh tingkahku. 

Tiba-tiba mobil yang kutumpangi berhenti mendadak. Dan tidak bisa lagi jalan. "dasar mobil butut, gak tau orang pengen cepat aja. Jeritan kesalku pun bersenandung dalam hati.Ingin rasanya aku menangis. Mungkin menangis karena menumpahkan luapan kekesalanku di sekolah tadi. Akhirnya aku sampai juga di rumah karena ada bertemu saudara di jalan dan aku ditumpangi hingga ke  rumah.

Sesampai di rumah aku langsung membuka pintu."Ibu, Ayah! " teriakku. Dari dapur Ibu langsung agak berlari ke dalam. "Ada apa Nak? baru pulang bukannya ngucapin salam malah teriak-teriak, Kayak di pasar aja" sahut ibu agak marah lihat tingkah ku. 
"Ibu aku mau nanya, Namaku apa artinya sih Bu? dan siapa yang ngasih aku nama Yudelnilastia dan ..
Kenapa namaku Yudelnilastia?
Aku menlancarkan pertanyaan bertubi-tubi. Seperti musuh yang melancarkan pelurunya  tanpa mengenal ampun. Dengan tidak sabaran aku menunggu jawaban Ibu. Karena aku yakin setelah mendengar penjelasan Ibu aku pasti bangga punya nama "Yudelnilastia", mungkin.

Ternyata, Ibu hanya menjawab dengan senyuman manisnya. "Anak Ibu yang cantik, ganti baju dulu, lalu sholat dan makan. Selesai itu baru Ibu akan ceritakan", jawab Ibu sambil tersenyum penuh cinta yang menambah penasaran dan ketidaksabarannku. "Uh, Ibu..", rengek ku agak kesal. Walaupun sudah mati penasaran, aku tidak berani membantah perintah Ibu. Lagipula sebenarnya aku sudah lapar dan ingin sekali mencicipi masakan "Gulai Ikan santan lado mudo", masakan favoritku.

Seakan-akan Senyuman Ikan di atas meja bisa mengobati rasa penasaranku untuk sementara. Toh nanti Ibu bakalan cerita juga.Lagipula "daripado bacakak jo galang-galang, bialah bacakak jo urang" yang artinya "daripada bertengkar dengan perut yang keroncongan, lebih baik bertengkar dengan orang. Huhuy itu yang sering dilontarkan petatah/petitih di kampungku.

Setelah selesai semuanya, akupun bersiap-siap menuju ke dapur. Aku tidak menemukan Ibu di dapur. "Tuch kan, mana Ibu,, Bu...Ibu. Ibu di mana? Aku gak mendengar sahutan Ibu.
Bbbbaaah.. Ibu mengagetkanku dari belakang. " Ibu, aku bukan anak kecil lagi".Bibirku manyun beberapa centimeter ke depan. Ibu hanya tersenyum. "Ya udah, sekarang kita ke depan dulu. Ayah udah nunggu di depan. Perasaanku terasa dag-dig-dug. Aku merasa ada sesuatu saja. Aduch ada apa ya. Kok untuk pengen tau arti namaku, siapa yang ngasih dan kenapa itu dikasih aja perlu perjuangan yang berat. Itu sich menurutku. Mungkin karena pengaruh sifat peralihanku dari masa anak-anak menuju masa remaja (masa puber seperti dalam buku Elizabeth B, Hurlock).

Di beranda depan ayah juga senyam-senyum kepadaku. Ih ayah, gak tau apa anak nya yang cantik ini penasaran banget.
dari belakang ku mendengar teriakan dan tepukan “ selamat hari lahir adikku yang cerewet, yang sok imut. Ternyata kakakku sudah siap dengan kue kesukaanku. Ya Allah ternyata hari ini hari lahirku. Aku benar-benar lupa.“Tanpa sadar air mataku meleleh di pipi.  Dan aku langsung memeluk kakak, ayah, dan ibu. Setelah kita makan kue bersama. Aku langsung menagih janji Ibu atas jawaban untuk pertanyaanku tadi. “Ternyata anak Ibu masih ingat pertanyaannya. Jawab Ibu meledek. Lalu kakak menyela, “ namamu didapat Ibu di bungkusan ikan teri saat Ibu belanja beli ikan teri . hikhihkhik, goda kakak. Ih, kakak. Enak aja. Kakakpun tertawa.
Lalu ayah berkata “ sebenarnya….
”sebenarnya apa ayah” potongku karena penasaran. “Sebenernya namamu dapat di kertas dalam tong sampah.goda ayah padaku." Aaayaah," lirihku sambil  manyun, sehingga merusak muka imutku ini.

“makanya denger dulu ayah ngomong, sambil ayah membelai kepalaku.

Begini, namamu itu ayah juga tidak tau apa artinya. Yang jelas waktu itu ayah pengen ngasih delvi lalu karena di sini udah banyak yang bernama delvi. Dan Ibu ngusul, yudel aja ayah. You del? Kamu del. Ya itu aja sih sebenarnya kata ayah. Dan nilastianya ? tanyaku. Lalu ayah mengusap kepalaku. Sayang gak penting namamu itu siapa yang penting kamu adalah anak gadis ayah dan ibu yang akan bisa membuat ibu bangga. Tapi kata pak ustadz nama itu adalah do’a , ayah.Jadi kalau namaku tidak punya arti bagaimana coba?" Aku mengeluarkan kepintaranku.
Iya, anak ayah yang pinter. Yakinlah siapapun namamu, kamu pasti bisa membuat ayah dan ibu bangga. Dan bisa membuat orang lain tersenyum. Dan percayalah suatu hari nanti, nama Yudelnilastia akan dikenang dan akan  meninggalkan manfaat untuk orang lain.

***
Kalau dipikir-pikir emang sepele, tetapi untuk  waktu usia seumuranku, itu adalah masalah besar. Bagaimana tidak akan jengkel dan kesal, setiap ambil absen pasti di namaku agak tersendat dan macet. ooowalaah.Akhirnya seiring berjalannya waktu  karena kesabaran dan ketabahanku menghadapi cobaan dan ujian yang sangat berat bagiku (* he, lebay), akhirnya aku bisa melewati itu semua.

Dan satu hal yang harus kita ingat bahwa siapapun nama kita, bahkan Si Badu Atai sekalipun maka percayalah kita juga bisa menjadi orang besar yang tidak akan terhapus oleh zaman. Dan berangkat dari itu jugalah akhirnya aku menyelesaikan cerpen pertamaku. Ya, dari sebuah nama Yudelnilastia.


























Komentar

  1. yupss... betul, apa artinya sebuah nama.. apapun nama yang melekat, yang penting mari berbuat untuk kemaslahatan orang banyak....
    btw, cerpen pertama yudel bagus... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih banyak,,,, ^_^
      masih banyak kekurangan ,,, mhon sarannya untuk perbaikan ke depannya...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer