Rintihan My "Dreaming Book"
Ini masih tentang mimpiku kawan. Ya, mimpi.Mimpi yang berputar di benakku. Mimpi yang seakan-akan membuatku menjadi manusia kerdil sedunia. Manusia pecundang yang hanya bisa bermimpi dan menjadi pemimpi. Selalu terbuai dalam mimpi yang indah. Selalu terlelap dan tercengang menikmati kesuksesan orang lain. Dari mimpi yag kecil hingga mimpi besar selalu kuukir di benak dan kugores dalam "Dream book"ku yang sabar menerima setiap goresan mimpiku atau bahkan menertawakan mimpi-mimpiku. Entahlah, tapi satu hal yang sekarang ingin aku lakukan adalah semua mimpiku bisa ku urai satu persatu supaya bisa menjadi ion-ion semangat positif . Setelah memenuhi semua keinginanku yang sudah mendok di benak ini, apa sahabat pikir semuanya selesai begitu saja? Tidak, kawanku. Justru membuatku semakin ingin menuliskan lagi semakin banyak. 1, 10, 100, bahkan 1000 mimpiku berikutnya. Lelah menuliskannya? Ya. Ingin mencapainya? Pasti. Namun sekarang belum banyak hal yang bisa kulakukan selain terpaku melihat mimpi-mimpiku itu.
****
Setelah capek menggores dan mencorat-coret "Dream book"ku yang setia menemaniku dan sabar menahan sakit karena terlalu kuatnya goresan penaku, akhirnya ku berhasil merebahkan badan untuk istirahat sejenak. Beberapa menit kemudian, saat sedang pewe. Aku mendengar suara rintihan dalam sayup malam. Awalnya tidak kupedulikan. "Mungkin ada orang yang terhanyut dalam qiyamul lailnya", pikirku. Tetapi suara itu semakin keras dan seakan sangat dekat denganku. Suara itu semakin jelas.
"Aku rela, aku ikhlas kalau kamu menggores-gores tubuhku. Bahkan menyayatku pun, aku rela. Aku senang bisa membuatmu senang dan menumpahkan semua unek-unekmu pada diriku. Kamu tau? ketika kamu begitu semangat mengukir impian dan cita-citamu tanpa sadar kau sudah menyakitiku. Goresan pulpenpun ditambah semangat membaramu membuat tubuhku terasa sakit. Tetapi dengan mengambangnya senyumanmu setelah selesai menggoreskan impianmu itu, sedikit sakitku pun terobati. Aku juga bahagia karena kamu sangat peduli padaku dan selalu ingin bersamaku. Ya, begitulah setidaknya caraku menghibur diri dan mengobati lukaku.
"Aku rela, aku ikhlas kalau kamu menggores-gores tubuhku. Bahkan menyayatku pun, aku rela. Aku senang bisa membuatmu senang dan menumpahkan semua unek-unekmu pada diriku. Kamu tau? ketika kamu begitu semangat mengukir impian dan cita-citamu tanpa sadar kau sudah menyakitiku. Goresan pulpenpun ditambah semangat membaramu membuat tubuhku terasa sakit. Tetapi dengan mengambangnya senyumanmu setelah selesai menggoreskan impianmu itu, sedikit sakitku pun terobati. Aku juga bahagia karena kamu sangat peduli padaku dan selalu ingin bersamaku. Ya, begitulah setidaknya caraku menghibur diri dan mengobati lukaku.
Bukannya aku tidak mau kau curhat dan menceritakan mimpimu. Bukan, bukan itu. Yang membuatku bertambah sedih adalah ketika ratusan dan bahkan hampir seribu mimpimu bergentayangan di tubuhku, tetapi tidak satupun yang kau wujudkan. Ketika kau punya mimpi lalu kau goreskan. Satu,dua,...sepuluh. Aku tetap sabar menunggu untuk melihat keberhasilanmu dan mencoret satu persatu mimpi yang telah kau capai.Betapa inginnya aku meliha saat-saat itu. Dan aku bisa menjadi bukti jejak-jejak mimpimu. Tetapi semakin lama mimpimu semakin banyak dan sangat banyak. Namun tak satupun yang telah kau capai. Ingin aku menertawakan kebodoanmu, tapi aku tidak bisa. Kamu tau kenapa? Itu karena kau mengoreskan mimpimu itu di tubuhku. Bagaimana aku bisa menertawakannya. Aku yakin bukannya kau tidak mau mewujudkan, tetapi BELUM mau mewujudkan. Cobalah, kamu pasti bisa! setidaknya satu persatu mimpimu yang telah kau capai bisa mengobati luka dan perihnya goresan ini. Pesanku untukmu :
"Man Jadda Wajada
(siapa yang bersungguh - sungguh akan berhasil)
Man Shabara Zhafira
(siapa yang bersabar akan beruntung)"
Semakin lama suara itu semakin lambat dan jauh seakan dibawa terbang oleh angin malam.Terhenyak aku mendengarkan rintihan my dreaming book yang selama ini aku aniaya. Aku telah zalim. Dadaku terasa sesak. Aku menangis dan menyoraki diriku. Seketika juga akhirnya aku terbangun. Ternyata aku mimpi. Aku dekati Dream Book ku. Aku perhatikan seluruh goresan-goresan mimpiku. Tak kuasa aku menahan sesak di dada, butiran-butiran air mataku berjatuhan sehingga membuat dreaming book ku basah. "Maafkan aku kawan, kamu benar, aku adalah seorang pecundang. Terimakasih kau sudah membangunkan aku dari mimpiku selama ini. Aku janji , aku akan menjadi seorang pemimpi yang berhasil membangun mimpinya. Dan aku buktikan padamu satu persatu mimpiku ini akan ku coret. Ku coret bukan aku kalah tapi karena aku menang dan berhasil menggapainya. Insya Allah ^_^
Dream and action! Aku tau itu. Memang itu yang harus aku lakukan. BUkan hanya sekedar coretan dan goresan pecundang belaka. Maafkan aku my dreaming book. Aku akan mengobati perihmu dengan keberhasilanku.
Komentar
Posting Komentar