Kalau Indonesia Milik Kita, Lantas Citarum Milik Siapa?
Oleh: Yudelnilastia
Indonesia adalah negara maritim atau disebut juga dengan negara perairan. Terdiri dari lautan, danau dan sungai. Sehingga menjadikan Indonesia negara yang kaya akan alamnya. Indonesia mempunyai 5.590 daerah aliran sungai dan panjang total 94.573 km (Detikrtravel). Seperti yang kita ketahui, sungai merupakan jalan air alami yang rasanya tawar. Sehingga sangat berguna dalam kelangsungan hidup manusia. Sungai merupakan sumber air atau sumber kehidupan. Atau dibaratkan sebagai urat nadi dalam tubuh manusia. Apa jadnya jika urat nadi tersebut rusak?
Banyak sekali potensi sungai yang bisa digarap, seperti sebagai sumber air pengairan daerah pertanian, Menambah kesuburan tanah karena terbentuknya endapan vulkanik di sekitarnya, Sumber bangunan seperti pasir, kerikil, dan batu kali. Sarana lalu lintas air, Sarana budidaya perikanan darat, Pembangkit listrik tenaga air, Sarana industri untuk bahan baku air minum, dan masih banyak lainnya.
Namun semenjak beredarnya video Citarum yang diupload pertama kali di akun facebook Make a Change World oleh dua pemuda Warga Perancis, Gary dan Sam. Bagaimana kita tidak terhenyak, ketika dua bersaudara tersebut mendayung sampannya yang terbuat dari botol plastk hasil sampah yang mereka kumpulkan dari sungai citarum tersebut. Fantastik, botol-botol sampah tersebut dikreasikan sebagai sampan untuk menyusuri sungai sehingga bisa melihat kondisi Citarum lebih dekat.
“Kami melihat dari dekat betapa kotor dan tercemarnya sungai itu dan merekamnya dalam film dokumenter, dengan tujuan untuk mengkampanyekan bahwa air adalah sumber kehidupan,” kata Gary (23 tahun saat dhubungi oleh BBC Indonesia melalui telepon, 28 Februari 2018.
Menyaksikan video tersebut, Indonesia mulai tersentak. Dan bahkan mampu menggerakkan pemerintahan untuk saling bahu membahu menyadarkan bahwa Citarum butuh uluran tangan kita, bahwa Citarum milik kita. Citarum bukan milik Prancis, tapi Indonesia.
Berdasarkan hal tersebutlah, peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2018 tentang percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum. Tujuan dikeluarkannya untuk melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan sungai Citarum sehingga bisa menjadi sungai terbersih dalam waktu 7 tahun ke depan. Dengan terbitnya perpres ini diharapkan adanya koordinasi dan sinergi yang lebih baik di antara kementerian/ lembaga, pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota sepanjang DAS Citarum, dengan dukungan TNI dan melibatkan, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan juga sektor swasta. Pada saat yang sama, penegakan hukum juga perlu dilakukan secara komprehensif dan konsisten”. (Safri Burhanuddin, Kemanko Kemaritiman, detiknews, 28 Mei 2018)
Penyebab pencemaran air sungai oleh beberapa faktor, di antaranya: Limbah industri yang merajalela sehingga kandungan lmbah tersebut seperti; logam berat (timbal, tembaga, seng dan lain-lain) dan air panas bertemperatur tinggi sehingga sulit menyerap oksigen dan bisa memastikan ekosistem sungai. Meningkatnya Limbah domestik rumah tangga yang bermuara ke sungai. Sungai Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Tatar Pasundan Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Di sekitar aliran sungai citarum bergantung kelangsungan hidup dari jutaan orang dan sekitar 500 pabrik serta berdiri 3 waduk PLTA di sekitar alirannya. Selain itu, naasnya penggundulan hutan berlangsung pesat juga di sekitar wilayah citarum tersebut.
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.(Qs. Ibrahim ayat 32).
Allah menundukkan sungai-sungai untuk makhluk-Nya. Itu berarti segala potensi dan manfaat sungai bisa digarap oleh manusia. Termasuk Sungai Citarum. Predikat Sungai Citarum sebagai sungai terkotor yang disebabkan oleh limbah pabrik dan limbah rumah tangga. Saking menumpuknya sampah-sampah plastik dan limbah-limbah sisa pabrik bisa berdampak matinya populasi dan ekosistem sungai. Dan bisa mematikan kehidupan di sekitarnya. Hanya ada satu cara dalam mengatasi masalah Citarum ini, yaitu Menumbuhkan kesadaran manusianya dalam kepedulian terhadap lingkungan. Walaupun secara tekhnis sudah bergerak pemerintahan secara bahu membahu dalam mengatasi masalah ini, seperti dari segi hukum memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melakukan pencemaran dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya limbah terhadap lingkungan. Sebenarnya titik masalah sebenarnya adalah karakter manusia yang tidak peduli dengan lingkungan.
Secara ringkas karakter manusia, khususnya masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh faktor nternal dan eksternal. Secara internal, ada tiga simultan yang mempengaruhinya, yaitu: Instink biologis; mendorong manusia untuk bertindak negatif untuk memenuhi kebutuhan bilogisnya jika tidak terpenuhi. Kebutuhan Psikologis; kebutuhan akan rasa aman, penghargaan, penermaan dan aktualisas diri. Kebutuhan pemikiran, yaitu kumulasi informasi yang membentuk cara berpikir seseorang.
Namun secara eksternal, pembentukan karakter dipengaruhi oleh : Lingkungan keluarga, lingkungan sosial, lingkungan pendidikan. Dalam hal ini ada tiga faktor yang bersifat mutlak atau disebut juga determinan, yaitu Determinansi genetis; sifat bawaan dari lahir, Determinasi Psikologis; pola didik dan perlakuan keluarga yang diperoleh pada masa kecil; Determinasi Sosial yaitu pola kehidupan sosial suatu masyarakat.
Oleh karena itu, maka ada dua bentuk langkah yang harus dilakukan dalam pembentukan kesadaran akan cinta lingkungan, yaitu 1) Training Character Building untuk pelaku Pabrik dan 2) Character Building untuk masyarakat.
Bagan 1. Traning Character Building
Training Character Building ini adalah salah satu program jangka panjang untuk mengatasi Citarum. Sebenarnya sudah fitrahnya manusia ketika kesultan dalam mengawali untuk memulai hal yang baru. Sehingga trandng topic dari video pemuda Perancis itulah akhirnya menjadi momentum untuk menyentakkan Indonesia. Mengangkatkan isu tentang kepedulian lingkungan menjadi salah satu strateginya dalam mengkampanyekan dan menggerakkan ribuan orang Indonesia. Hanya dengan cara sederhana, menjadikan limbah-limbah plastik sebagai sampannya untuk menyusuri sungai Citarum memberikan suatu ide kreatfitas untuk Indonesia dalam mengolah dan mendayagunakan limbah-limbah tersebut. Penulis rasa ini adalah ide fantastic yang mampu menjadi andalan untuk meningkatkan potensi ekonomi dan karakter masyarakat sekitar DAS Citarum. Lantas, masihkah kita berfikir Citarum milik siapa?
Komentar
Posting Komentar